Semesta Cinta Nirwana

Minggu pagi yang cerah, aku duduk – duduk di teras sambil memandangi rumah Pelangi yang berada tepat di depan rumahku. Kami sudah bertetangga bertahun – tahun, kami sudah dekat bertahun – tahun, tapi tetap saja sampai saat ini aku tidak pernah berani mengungkapkan perasaanku padanya. Sejak SMP, ketika pertama kali dia dan keluarganya menginjakkan kaki dirumah itu, Pelangi telah sukses membuat teori cinta pada pandangan pertama itu benar – benar ada.

Wajah manisnya yang rupawan, postur tubuhnya yang indah, kulitnya yang putih langsat, serta tutur katanya yang halus membuat siapapun tergila – gila padanya. Aku terus memandangi rumah Pelangi dan berharap dia akan menunjukkan wajahnya. Aku menanti dengan sabar, hingga setengah jam lamanya, akhirnya dia keluar dengan mengenakkan celana pendek warna biru dan kaos pink sambil membawa sepedanya. Aku langsung beranjak dari tempat dudukku dan bergegas mengambil sepedaku seraya berteriak pada Pelangi “Pelangi, mau sepedaan ya ?”, dia menjawab “Iya Wan, mumpung masih pagi nih”, Aku kembali menyahut “Aku ikutan ya, biar kamu ada temennya”, “Iya deh boleh, tapi cepetan, keburu siang” jawabnya.

Aku langsung mengambil sepedaku yang Aku letakkan di garasi depan rumah, lalu mendekati Pelangi yang sedang menungguku di depan gerbang rumahnya sambil tersenyum lebar padanya. Dia bertanya “Ngapain kamu senyum – senyum gitu Wan ? setres ya?”, lantas Aku menggoda “Enggak kok, Aku lagi senyum karena bahagia bisa melihat salah satu keajaiban Tuhan yang paling indah dihadapanku”, “Hih, kamu tuh hobbinya gombalin aku mulu deh Wan, ya udah lah terserah, ayo keburu siang” sahutnya, Aku menjawab “Iya iya, duh kata – kataku emang gak pernah ngaruh ya buat kamu”. Dia hanya menatapku bingung dan langsung mengayuh sepedanya mendahuluiku, Aku pun mengikutinya dari belakang. Setelah 10 menit perjalanan kami hampir sampai, kira – kira tinggal 400 meter lagi, Aku mengajak Pelangi balapan ke sana. Dia setuju dan tanpa aba – aba dia dengan sengaja mendahului start, Aku hanya tertawa melihat kelakuaannya itu dan langsung memacu sepedaku. Aku tidak perlu memberikan tenaga lebih untuk mendahului Pelangi, dengan mudahnya aku menyalip, dan Aku melihat dia dengan susah payahnya berusaha mengejarku.

Setelah sampai di taman, Aku berhenti lalu menoleh kebelakang, melihat sejauh mana Aku meninggalkan Pelangi, ternyata memang cukup jauh. Tidak lama kemudian dia sampai dan berhenti di sampingku sambil terengah – engah. Dia berkata “Wan, kamu cepet banget sih, gak kuat aku, hosh hosh”, Aku menyahut “Haha, jelas donk, tapi sebenarnya kamu udah menang kok”, lalu dia bertanya “Maksudnya??”, “Iya, kamu udah menangin hatiku, hehe” goda ku, lalu dia kembali menyahut “Hmm mulai deh, capek Aku, duduk dulu yuk”. Aku dan Pelangi memarkirkan sepeda kami dan duduk berdua di bangku taman. Banyak sekali anak – anak yang sedang bermain disana, ada juga orang – orang yang sedang mengajak jalan – jalan hewan peliharaannya, mereka semua nampak bahagia. Aku menoleh ke arah Pelangi yang kelihatan masih agak terengah – engah sambil meminum air yang dibawanya. “Udah legaan ?” tanyaku, dia menjawab “Iya lumayan, untung tadi aku bawa minum”. Setelah kami terdiam beberapa saat, Aku kembali bertanya pada Pelangi “Hmm, owh iya, gimana kabarmu sama Adi ? masih langgeng ?”, “Iya masih kok, makin hari dia makin perhatian lho. Katanya setelah Aku wisuda tahun depan dia bakalan langsung ngelamar Aku” jawabnya, “Hah ? serius ? kapan dia bilang gitu?” lalu dia jawab “Baru aja kemarin waktu kita lagi jalan di pantai, so sweet banget”, seluruh tubuhku tiba – tiba lemas mendengar perkataan Pelangi barusan, lantas Aku kembali bertanya “Tapi, emangnya kamu mau habis lulus langsung nikah ? Apa gak nunggu kamu berkarir dulu? Atau setelah dia bener – bener mapan gitu? Lagian kalian juga baru 6 bulan pacaran”, dia menjawab “Iya Aku tau, tapi kita udah mutusin untuk nikah muda, orang tua kita juga udah pada setuju kok. Terus kalau masalah kerjaan, dia sih gampang, kan ayahnya punya perusahaan besar, katanya setelah lulus dia bakalan langsung kerja di perusahaan ayahnya, sebagai Manager lho, keren kaaann” dia tersenyum bahagia, Aku hanya terdiam. Lalu dia memandangku dan bertanya “Kamu kok cemberut gitu sih, gak seneng ya lihat sahabatnya bahagia? Aku aja ikut seneng kok lihat kamu jadian sama Anisa kemarin”, “Bukannya gitu, ya aku ikut seneng kalau kamu bahagia sama dia, tapi”, “tapi apa ??” dia penasaran, lalu Aku melanjutkan “Tapi aku masih belum siap kalau harus kehilangan kamu. Kita udah sahabatan bertahun – tahun, kita udah ngelewati hari – hari bersama, ketawa bersama, seneng – seneng bersama, susah juga sama – sama, aku gak mau ngelewatin semua kebahagiaan ini.”, “Tapi hidup tetap harus berjalan Wan, masa seneng – seneng kita udah lewat, sekarang kita udah sama – sama dewasa, udah punya kehidupan sendiri, kamu juga harus bersikap dewasa”, ujar Pelangi, lantas Aku menyahut “Iya sudahlah, setidaknya Aku punya masa lalu yang bahagia bersamamu”. Namun di dalam hatiku berkata, kalau saja masa depanku memiliki kebahagiaan seindah masa laluku, Aku rela berikan apapun untuk mendapatkannya.

Setelah satu jam lamanya berbincang, matahari sudah semakin terik, kita pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Selama perjalanan, Pelangi terus berusaha menghiburku, Aku hanya tersenyum dan bilang padanya kalau Aku sudah tidak apa – apa. Sesampainya di depan rumah, Aku berpamitan dengan Pelangi dan segera masuk dalam rumah. Setelah memarkirkan sepedaku, Aku langsung berlari kedalam kamarku. Aku menangis terisak sambil memeluk guling seperti cewek abg yang baru diputusin. Ibuku yang mengetahui hal itu tiba – tiba masuk dan bertanya padaku “Kamu kenapa Nirwan? pasti soal Pelangi lagi kan, tapi biasanya kamu Cuma gak mau ngomong aja, kenapa sekarang sampek nangis gini ?” Aku menjawab “Pelangi bakalan nikah ma, sama pacarnya, hiks hiks” Aku masih meneteskan air mata, ibuku kembali bertanya “Lho, kapan?”, Aku menjawab “Setelah dia lulus kuliah ma”. “Udah nak, kamu jangan sedih gitu, jodoh ada di tangan Tuhan, semua ini adalah keputusan Tuhan, kamu harus tawakkal. Lagipula katanya kamu udah punya pacar kan, kamu juga bilang kalau pacarmu lebih baik dari Pelangi, udah dia berjilbab, lulusan pesantren, manis, lucu, pinter lagi. Seharusnya sekarang kamu lagi bahagia donk, inget yang seneng – seneng aja biar gak sedih lagi, yaa”, Aku kembali menyahut “Iya ma, makasih banyak”. Lalu ibuku bertanya “Emang calonnya Pelangi itu siapa sih ? Nirwan kenal gak ?”, Aku menjawab “Iya kenal ma, banget malah. Kita sempet jadi temen sekelas waktu semester 1 sampek semester 6 di kelas B, tapi semenjak dia jadian sama Pelangi, Aku udah mulai ngejauhin dia ma, Aku pindah ke kelas A, Aku bener – bener sakit hati kalau ngelihat dia”, “Dia orangnya gimana?” tanya ibuku, Aku jawab “Iya gitu deh ma, dia anaknya orang tajir. Nirwan rasa kalau hidupnya tuh sangat sempurna ma, dia memiliki segalanya, kekayaan, kemewahan, kemapanan, wajah tampan, putih, tinggi, dan wanita tercantik di dunia. Owh iya, Mama kan pernah lihat ada cowok yang tiap hari jemput Pelangi pakek mobil Jaguar warna silver, plat nomornya B 16 BOS, ya itu ma cowoknya, namanya Adi” lalu ibuku menyahut “Ooohh ya ampun, itu toh orangnya. Iya iya mama tahu. Tapi mama lihat dia orangnya gak cocok buat perempuan sebaik Pelangi. Lagaknya agak sombong gitu”, “Ya udahlah ma, gak usah di bahas lagi, Nirwan mau nerusin tugas kuliah dulu” ujarku, ibuku menjawab “Ya sudah, mama keluar ya, jangan sedih lagi lho”,  “Iya iya ma” ujarku.

Esok harinya, ketika jam masih menunjukkan pukul 6, Aku bersiap untuk berangkat kuliah, ketika aku keluar rumah, Aku melihat Adi sudah berada di depan gerbang rumah Pelangi dengan menggunakan Jaguarnya, seperti biasa dia sedang menjemput Pelangi. Lalu tidak lama kemudian Pelangi keluar dengan mengenakan Dress tipis warna pink cerah sambil membawa tas jinjingnya, dia menghampiri Adi dan berpelukan tepat dihadapanku, Aku sangat cemburu melihat pemandangan itu. Setelah berpelukan dan sedikit mengobrol, mereka berdua masuk kedalam mobil. Namun mobil tersebut tidak langsung di jalankan ataupun dinyalakan, dalam fikiranku membayangkan mereka pasti sedang berciuman atau melakukan hal lain didalam. Dadaku sangat sesak sekali, Aku segera kembali masuk kedalam rumah dan bersandar dibalik pintu. Akhirnya Aku mendengar mobil mereka pergi, air mataku serasa akan menetes lagi, tapi aku berusaha menahannya, tiba – tiba ibuku melihatku dan bertanya “Lho nak, katanya mau berangkat, kok masih disini?”, Aku menjawab “Iya ma, ini aku mau berangkat, Assalamu’alaikum”, “Wa’alaikumsalam” jawab ibuku. Aku berangkat dengan menggunakan motor bebekku yang sejak SMA selalu menemaniku. Aku memperlambat lajuku agar tidak sampai menyusul mobil Adi. Sesampainya di kampus Aku melihat Pelangi dari parkiran motor sedang tergesa – gesa menuju kelasnya, sepertinya dia terlambat. Aku, Pelangi dan Adi  berada di satu jurusan yang sama, S1 Manajemen. Aku dan Adi sudah semester akhir dan mulai mengerjakan skripsi, sedangkan Pelangi semester 6. Aku berjalan menuju ruang kelasku, tapi sebelum Aku masuk kelas, tiba – tiba ada seorang wanita yang mengagetkanku dari belakang “Dooorr, hehehe, selamat pagi abi ku”. Ternyata itu adalah Anisa, cewek manis berhijab yang baru Aku tembak sebulan lalu. Dia adalah wanita yang sudah lama memberikan seluruh perhatiannya padaku, bahkan sejak semester 1, kebetulan kita juga sekelas. Sebenarnya Aku mau berpacaran dengannya hanya agar bisa move on dari Pelangi, tapi tetap saja sampai saat ini Aku tidak bisa berpaling darinya. Aku tersenyum melihatnya dan menyahut “Pagi juga ami, ayo masuk ke kelas”, “Iya bi, ayo”, ujarnya. Lalu Aku dan Anisa masuk ke kelas bersama – sama.

Dua bulan kemudian, tepatnya pada hari minggu, seperti biasa Aku duduk – duduk di teras untuk melihat pujaan hatiku. Tapi tidak biasanya dia sama sekali tidak keluar, Aku menunggu hingga matahari mulai terik tapi dia tidak keluar juga. Memang sudah 3 hari ini aku sama sekali tidak melihat Pelangi, aku juga tidak melihat Adi menjemput Pelangi seperti biasanya. Aku berfikir apakah dia sedang sakit, aku sangat penasaran, tanpa fikir panjang aku langsung mendatangi rumah Pelangi, dari luar pagar aku melihat ada pembantunya yang sedang menyirami tanaman, Aku bertanya “Buk, Pelangi ada di rumah gak?”, beliau menjawab “Ooh nak Nirwan, ada didalam, tapi kata nyonya, neng Pelangi lagi sakit, dan dia gak mau di jenguk”, “Lho kok aneh ? biasanya kalau Pelangi sakit kan malah butuh temen buat ngehibur, tumben banget, emang sakit apaan sih buk?” tanyaku, lalu beliau menjelaskan “Katanya sih neng lagi meriang, nyonya juga ngasih pesan kalau ada temannya neng Pelangi mau jenguk jangan kasih masuk, pak satpam juga udah di kasih pesan gitu, jadi dia yang bakalan jagain gerbangnya”. Aku merasa sangat aneh, aku semakin penasaran. Lalu Aku kembali kerumah, menunggu waktu yang tepat untuk menyelinap masuk dan melewati penjagaan dari satpam rumah Pelangi. Aku perhatikan dari teras rumahku, menanti dengan sabar, setelah satu jam lamanya, pak satpam dan pembantunya pergi ke belakang, mungkin mereka mau sarapan. Saat itu aku langsung mendatangi rumah Pelangi lagi, memanjat gerbangnya, lalu mengendap – endap masuk. Setelah semua aman, Aku segera memanjat ke balkon kamarnya. Sampai diatas aku lihat dia sedang tiduran di kamar sambil memainkan Ipadnya. Aku mengetuk jendelanya, dia menoleh lalu mendekat kearahku seraya bertanya “Kamu, kamu ngapain kesini Wan”, dia terlihat gugup, lalu Aku menyahut “Aku Cuma ingin tau keadaanmu, kamu lagi sakit ?”, “Iya wan” jawabnya. Tapi tiba – tiba dia meneteskan air mata, dia menangis tersendu – sendu. Tanpa meminta izin Aku langsung masuk ke dalam, Aku mengajaknya duduk dan berusaha menenangkan. Lalu Aku kembali bertanya “Kamu kok nangis sih, ada masalah apa? Jujur aja sama aku, kita kan udah kenal lama, kamu bisa percaya aku kok.”, sambil menangis dia menjelaskan “Aku malu wan, Aku malu”, “Malu kenapa?” tanyaku, dia menjawab “Aku hamil wan, hiks hiks”. Aku terhentak mendengar pernyataan Pelangi barusan, jantungku seperti berhenti berdetak, Aku tidak bisa merasakan tubuhku, semua terasa kaku, hatiku sangat hancur. Aku bertanya untuk memastikan “Kamu gak lagi becanda kan? aku tau kamu suka becanda, tapi ini gak lucu, serius gak lucu banget”, dia kembali menjelaskan sambil tidak henti – hentinya menangis “Aku serius Wan, udah tiga bulan, beberapa hari ini aku gak berani keluar karena perutku udah mulai membesar. Adi udah janji kok bakalan nikahi aku, tapi itu setelah dia pulang”, Aku kembali bertanya “Apa ? Adi ! bener – bener kurang ajar pria itu. Terus maksud kamu bilang setelah dia pulang itu apa ?”, lantas dia menjawab “Baru kemaren dia ngabarin kalau dia bakalan nemenin Ayahnya di Amerika selama setahun, urusan bisnis”, lalu Aku bertanya lagi “Terus dia tau gak kalau kamu hamil ?”, “Iya dia tau kok, beberapa hari kemaren Aku kasih tau dia. Dia juga shock banget dengernya, sama kayak kamu tadi. Dia berangkat hari ini, take off jam 10” jawabnya, sambil marah Aku berkata “Aku tau maksudnya pergi keluar negri, pasti dia mau kabur. Coba deh kamu fikir, dia tiba – tiba mau pergi sesaat setelah kamu kasih tau dia kalau kamu lagi hamil, apalagi dia akan pergi selama itu. Aku tidak akan biarkan dia kabur!”. Aku langsung berdiri dan keluar jendela menuruni balkon, lalu Pelangi hanya melihatku dari kamarnya ketika aku sedang melompati pagar. Aku segera mengambil motorku digarasi dan memacunya dengan kecepatan tinggi, aku mengebut melewati jalanan ibukota yang ramai pada hari minggu. Beruntung selama perjalanan trafick light selalu menunjukkan lampu hijau, jadi Aku bisa dengan cepat menuju bandara. Sesampainya disana pukul 9, aku memarkirkan motorku dan segera mencari Adi di ruang tunggu penumpang, Aku memperhatikan satu persatu orang yang sedang duduk disana. Hingga tidak lama kemudian Aku melihat seseorang menggunakan jaket kulit hitam dan celana jeans sambil membawa koper besar dideretan bangku paling belakang. Sepertinya Aku mengenali orang itu, lalu Aku mendekat, ternyata benar dia adalah Adi, dan dia sedang duduk bersama ayahnya. Aku langsung menarik bajunya dan berkata “Adi, kamu mau kabur heh?”, dia menjawab dengan sangat gugup “Nirwan, k k k kamu, apa maksud kamu?”, ayahnya langsung berdiri dan mendorongku, “Heh bocah, apa maksud kamu kayak gitu ke anakku ! ada masalah apa !?”, orang – orang di sekitar melihat ke arah kami, Aku tidak mempedulikan mereka, Aku langsung menjawab pertanyaan ayah Adi “Om, anak om ini sudah menghamili Pelangi, lalu dia mau kabur”, ayahnya menyahut “Hah ? Pelangi hamil ?” lalu beliau melihat ke arah Adi dan berkata “Oohh, jadi ini maksudmu memaksa ikut ayah? Sejak awal Ayah sebenarnya sudah heran, padahal kamu akan mengerjakan skirpsi, tapi kamu malah maksa ikut ke Amerika, ayah bener – bener kecewa”. Tiba – tiba beliau langsung menampar Adi dengan sangat kencang hingga dia terjatuh, lantas Adi berkata “Ampun yah, ampuun, Adi ngaku salah”, lalu ayah Adi berkata “Kalau begitu sekarang kita pulang, besok kamu harus segera menikahi Pelangi, ayah akan siapkan semuanya”, adi menyahut “T t tapi ayah”, “Tidak ada tapi tapi an, ini adalah kesalahanmu dan kamu harus bertanggung jawab”. Aku sangat lega mendengar keputusan ayah Adi yang tegas dengan anaknya. Lalu ayah Adi meminta maaf padaku dan berterima kasih, mereka langsung pulang menggunakan taksi, Aku mengikuti dari belakang dengan motorku.

Esok harinya, Adi dan Pelangi melangsungkan akad nikah di rumah Adi. Acaranya sangat sepi, hanya keluarga dari kedua mempelai, tetangga dan beberapa teman Pelangi yang ikut hadir setelah semalam di Broadcast lewat BBM oleh Pelangi, sedangkan teman Adi yang datang hanyalah aku dan Anisa, mungkin Adi sangat malu. Setelah beberapa menit menunggu, waktu sudah menunjukkan pukul 8, akhirnya acara dimulai, penghulu melakukan ijab qabul “Saya nikahkan Adi Setiawan bin Abdul Azwi dengan Pelangi Novianti binti Ayu Indrayana, dengan mas kawin emas seberat 100 gram dan uang senilai Rp.1 juta dibayar tunai”, Adi menjawab “Saya terima nikahnya Pelangi Novianti binti Ayu indrayana dengan mas kawin tersebut, tunai”, kami semua menjawab “Sah, sah”, lalu penghulu membacakan doa dan kami semua mengamini. Sesaat setelah doa selesai, aku langsung keluar, aku benar – benar tidak kuat melihat pernikahan mereka. Aku bersandar di depan gerbang rumah Adi, tanpa sadar aku telah meneteskan air mataku, kesedihanku tidak bisa terbendung lagi, melihat wanita yang aku cintai telah dinikahi oleh pria lain. Lalu tiba – tiba ada seseorang yang menepuk pundakku dan berkata “Abi, udah jangan sedih, Aku tahu abi masih cinta sama Pelangi tapi dia sekarang sudah bahagia, dia telah menikah dengan orang yang dicinta, Abi harus sabar”, Aku menyahut sambil mengusap air mataku “Ami, maafin abi karena selama ini udah menyianyiakan Ami. Tapi kalau Ami tau Aku selama ini hanya cinta dengan Pelangi, kenapa Ami masih mau pacaran sama Abi ?”, Anisa menjawab “Karena Ami cinta dengan Abi seperti Abi mencintai Pelangi. Ami akan selalu ada buat abi sekalipun kehadiran ami Cuma sebagai pelarian abi, Aku rela bi. Ami rela berikan seluruh hidup ami kalau itu bisa menggantikan posisi Pelangi di hati abi, Aku sangat sayang sama abi”. Aku benar – benar tersanjung mendengar perkataannya, aku langsung memeluk Anisa dan berkata “Aku juga sayang banget sama Ami, Aku janji akan selalu setia sama Ami, Aku janji akan memberikan seluruh cintaku untuk Ami. Aku sangat beruntung bisa mendapatkan Bidadari yang didatangkan oleh alam semesta dan memberikan kebahagiaan surga dalam hidupku. Ami, I will love you now, tomorrow and forever”, dia menyahut sambil memeluk erat tubuhku “So sweeeet bi”.

Leave a comment